“Memiliki
uang sendiri, kalian bisa bayangin nggak sih? Ketika kita bisa membayar sekolah
sendiri,? jajan dengan uang hasil keringat sendiri?, pasti asik, dan pasti
bangga, setidaknya itulah yang kurasakan waktu itu, saat kondisi ekonomi
keluargaku sedang minus-minusnya, dan aku harus di titip rawatkan pada pamanku
karena ibuku tidak punya biaya untuk semua keperluan sekolahku, makan kami
bertiga, belum lagi kakak.ku yang belum selesai kuliahnya. Ketika ayah pergi
menghadap ilahi, inilah proses dimana metamorfosaku dimulai.”
Kembali di tahun 2006 saat ayahku
pergi, waktu itu aku masih berumur 11 tahun, 3 bulan lagi aku masuk smp, mungkin
akan sangat membantu kalau ayah punya ansuransi yang bisa di klaimkan, atau
tabungan yang bisa di ambil atau pensiunan juga tidak apa, namun, ayahku
hanyalah guru les bahasa inggris privat, yang mengajar dari rumah ke rumah,
yaa, meski murid ayahku dari kalangan konglongmerat semua, tapi itu hanya asik
saat ayahku masih sanggup mengajar, kalau ayah masih sanggup mengajar, hidupku
nyaman banget, mau minta apa? Pasti dibelikan,
namun ketika ayah jatuh sakit,
uangnya habis untuk rumah sakit, saat ayahku pergi, masih banyak cicilan yang
belum terlunasi
Hmm mungkin karena ayahku terkenal baik
dikalangan rekan-rekannya, orang tua muridnya dan warga desa bagusari, jadi
banyak yang melayat ke rumah membawa
beras dan gula, sampai-sampai kamar belakang di rumahku isinya penuh dengan
kantongan-kaantongan plastik berisi gula dan beras.
Tangisan kami jatuh mengalir tak tertahankan,
kami sangat kehilangan waktu itu, setelah sebulan kepergian ayah,ibuk tidak
punya sumber penghasilan lain, akhirnya ibuku menjual semua beras dan gula itu
untuk membuka toko kecil2lan, dan membelikanku sepeda everbest seharga 500,000-an
untuk nanti aku pakai sebagai kendaraan kalau berangkat sekolah,
Masih ada sisa uang, kami masih berada
di level aman, setelah 2 bulan berlalu, anggrek terindahpun tidak akan lama
mempertahankan bunganya, kamipun begitu, uang sudah habis, toko ibu nggak
berjalan atau bisa dikatakan tidak mendatangkan untung sama sekali.
Stress? Sudah
pasti, bahkan saat itu, aku tidak tahu seberapa besar stress yang di tanggung
ibuku, mengingat aku masih baru lulus SD, mbakku kuliah juga belum selesai.
hingga suatu saat, kami di ajak ke kota naik sepeda motor dan ibu yang
menyetir, ibuku menyetir lebih kencang dari pada biasanya, dengan raut muka
yang sangat jelas mengerutkan beban penderitaan di jiwa, dengan tatapan kosong
, ibuku menyetir agak ke tengah, bahkan hampir melawan arus berlawanan, masih
bertatapan kosong ibuku menyetir lurus dengan di kejauhan aku melihat ada truck
besar melaju tepat di depan kami, ibuku masih bertatapan kosong, dan masih
melaju lurus, seakan ingin mengadu kekuatan dengan truck itu, “ buk, awas truck
buk....” aku berteriak mengingatkan ibu, tapi tidak di hiraukan, tatapan
matanya masih kosong, “ buk, ada truck, ayo menghindar,” masih tidak di
hiraukannya, baru setelah aku berteriak untuk ketigakalinya ibuku banting
setir, dan kulihat kenek truck itu melototin kami, dengan muka yang seakan
mengatakan “mau mati yah??”
Ibuku masih tidak berbicara sepatah
katapun, setelah kejadian itu aku sering
melihat ibuku, menangis sendiri di kamarnya,
*Dewasa ini, ibuku baru bilang padaku,
kalau waktu itu dia seperti tak kuat menghadapi semua ini, dan ingin mengakhiri
hidupnya menabrakan diri ke truck.*
Dan setelah itu ibuku bekerja keras
untuk menghidupi kami, dia pernah jualan kerupuk, pernah mbuka warung pecel,
pernah bekerja jadi pembantu, pernah kerja jualan nasi di surabaya, semua demi
makan ku dan mbakku, bagiku dialah manusia yang paling kuat bagiku, dialah
pahlawanku, dialah yang 3x paling kusayangi bahkan dari ayah kandungku, ibuku
tidak pernah menyerah, meski usahanya jualan kerupuk, mbuka warung pecel, itu
semua gagal, namun, ibuku tidak pernah menunjukan wajah depresi di depanku,
bahkan dalam kesederhanaan itu ibuku masih bisa selalu membuatku tertawa lepas,
kayak waktu itu, dalam suasana makan malam, dengan beras yang pas-pasan, (bersambung.....)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
abis baca, komen yeee